Impian menjadi seorang manajer adalah impian bagi para professional muda saat ini. “Siapa sih yang nggak pengen jadi manager?” Jadi manajer pasti bayaran gajinya “gede”, bakal dapat fasilitas lengkap dan bergengsi, disegani, dan dihormati. Tugas manajer tinggal perintah sana-sini yang penting asal bapak atau ibu senang yang artinya beres. Intinya, gaji gede berarti sudah sepaket mengindikasikan khayalan menjadi manajer merupakan suatu jabatan empuk dengan kenikmatan materi yang didapat. Sah-sah saja, obsesi menjadi seorang manajer muda diidam-idamkan oleh sebagian orang.
Hal ini juga senada disampaikan oleh seorang teman lama saya yang berkirim pesan WhatsApp mengabarkan kalau dia ini sekarang baru diangkat menjadi seorang “manajer muda” di salah satu perusahaan nasional di Jakarta. Baginya, kesempatan ini adalah pertama kali. Saya katakan, seorang manajer muda dengan tanda kutip karena, dia bercerita di kantor barunya ini dia adalah mendadak melamar/apply sebagai “manajer” karena melihat tawaran gaji yang besar dan fasilitas yang menggiurkan pastinya.
Namun di sisi lain yang teringat oleh saya adalah, teman saya itu berkata pada saya ingin menjadi manajer karena saya melihat gaji besar sehingga saya bisa membeli banyak kebutuhan pokok dan membayar pengeluaran bulanan yang jumlahnya lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Kalau saya melamar selain posisi manajer yang dimaksud adalah level staff dan supervisor itu gajinya tidak sesuai standar. Selain itu, ia sampaikan bahwa ia tidak siap, stres dan mungkin akan mundur dari tantangan sebagai manajer yang mana istilah sebelumnya yang saya ungkapkan sebagai “manajer muda”, dia harus memimpin anak-anak buah inferiornya yang usianya jauh lebih tua dari dirinya. Ia baru saja bekerja 1 (satu) bulan lamanya, ibarat pertandingan, juri belum tiup peluit usai namun sudah angkat tangan menyerah kalah.
Menjadi seorang manajer di perusahaan merupakan suatu kebanggaan karena diberi kesempatan untuk berimprovisasi menerapkan kompetensi disegala bidang. Bagi seorang manajer di perusahaan baik dalam skala kecil, menengah maupun besar akan tertantang dalam menjawab dengan solusi diberbagai permasalahan yang ada pada perusahaan tersebut.
Kesuksesan seorang manajer akan dinilai pada hasil akhir dari akumulasi harmonisasi kompetensi yang dimiliki manajer tersebut. Menurut hemat saya, kompetensi seorang manajer terdiri dari 2 (dua) pilar kompetensi utama yaitu: (1) Kepemimpinan/Leadership dengan sub pilar yaitu: komunikasi dan interpersonal skill dan (2) Manajemen dengan sub pilar yaitu; manajemen strategik dan konseptual. Dengan dua pilar kompetensi ini diharapkan seorang manajer dapat bergerak secara harmonis.
Singkat mengulas permasalahan rekan saya dan mungkin dapat menjadi masukan bagi para professional muda yang ingin menjadi manajer, dapat dijelaskan bahwa manajer dengan kompetensi kepemimpinan/leadership; berarti seorang manajer selain dapat bertanggung jawab atas jalannya Standard Operating Procedures (SOP) di departemen/divisinya, seorang manajer juga bisa menjadi leader bagi inferiornya. Seorang manajer belum tentu leader, tetapi seorang leader pasti bisa menjadi manajer.
Dibutuhkan jiwa kepemimpinan yang tinggi untuk seorang manajer yang sukses, yaitu sosok manajer yang dapat memberikan inspirasi bagi inferiornya, inspirasi ini bisa direpresentasikan oleh karakter, sikap atau attitude yang baik, energi dan motivasi dalam menghidupkan dan menggerakkan organisasi atau perusahaan dalam mencapai visi dan misinya. Seorang leader juga harus memiliki kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi situasi yang terjadi didalam organisasi atau perusahaan.
Bahasan leadership yang mengkaitkan dengan komunikasi dan interpersonal skills yaitu seorang leader dapat berkomunikasi dengan cara menjadi pendengar yang baik bagi inferiornya. Ada istilah “Seorang komunikator yang baik adalah pendengar yang baik”. Selanjutnya adalah seorang leader bisa memiliki kemampuan interpersonal yang baik, yaitu kemampuan mengelola manusia (managing people).
Hal ini direpresentasikan oleh kemampuan dalam beradaptasi dengan budaya atau kultur manusia didalam organisasi atau perusahaan tanpa melepas peran dan tanggung jawabnya sebagai leader. Sebagai tambahan, seorang leader juga memiliki jiwa fleksibel yang bisa mengimbangi karakter manusia didalam suatu organisasi atau perusahaan tersebut. Dalam prosesnya dibutuhkan jam terbang dan pengalaman sense manajemen emosi yang baik untuk menjadi seorang leader yang baik.
Bahasan yang terakhir adalah bahasan pada point kedua yaitu sub pilar kompetensi manajemen strategik dan konseptual. Menurut saya manajemen strategik adalah kemampuan dalam mengkombinasikan dari berbagai bagian fungsional dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagai contoh pada praktiknya, seorang manajer harus memiliki kemampuan tersebut karena dalam menjalankan SOP di dalam organisasi atau perusahaan dibutuhkan kemampuan strategik thinking yang tajam sehingga diharapkan dalam menjalankan SOP mencapai zero loss of fraud.
Tanpa strategi maka SOP tidak bisa dijalankan dengan baik sesuai visi dan misi perusahaan. Selain itu, manajemen konseptual adalah kemampuan seorang manajer dalam memahami fungsi manajerial yaitu: planning, organizing, actuating, controlling (POAC) dan evaluasi. Perencanaan, pengorganisasian, pendelegasiaan, kontroling dan evaluasi dan pemecahan masalah.
Sebagai salah satu tambahan yang dapat saya kemukakan pula pada tulisan ini adalah, manajemen konseptual menjadi kemampuan fundamental bagi seorang manajer karena dalam praktiknya manajer akan dihadapkan pada suatu permasalahan di organisasi atau perusahaan dan sebagai solusi dari permasalahan tersebut dibutuhkan peran manajemen konseptual yang saling terintegrasi. Solusi tersebut apakah dapat dijawab oleh implementasi suatu program yang terorganisir dan terstruktur atau solusi lainnya yang bisa diaplikasikan secara pragmatis.
Jika ada tantangan sebagai manajer, kenapa harus takut dan ragu untuk dijalankan, ambil kesempatan tersebut, namun untuk menjalankan tantangan itu harus siap dan paham dengan kompetensi yang harus dimiliki. Besaran gaji atau bayaran sebagai seorang manajer adalah relatif, tapi ada rumus tersendiri akan hal ini: semakin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh seorang manajer maka akan semakin tinggi pula remunerasi yang didapatkan.
Untuk mengembangkan kompetensi adalah dengan tidak berhenti belajar memperkaya kompetensi dengan mengikuti berbagai pelatihan, mengambil sertifikasi atau studi yang menunjang profesionalisme kita. Semuanya itu akan terjawab dikemudian hari dengan bukan hanya remunerasi atau bayaran tetapi juga kepuasaan atas kontribusi profesionalisme kita di suatu organisasi atau perusahaan. Ada istilah dari saya yaitu: semakin tinggi kualitas professionalisme seseorang maka dengan sendirinya nilai materi akan semakin mengikuti dan menyesuaikan. Itu harga mati.
Saya berharap agar profesional muda diluar sana dapat menjadi manajer muda yang berkualitas, dengan tidak hanya besaran remunerasi yang menjadi targetnya tetapi tidak lupa memperkaya dan meningkatkan diri sebagai seorang manajer dengan kompetensinya.
Komentar
Posting Komentar