Langsung ke konten utama

Aku dan sandal butut

 


Apalah arti kedamaian tanpa kenyamanan

Ketika aku melihat kedua kaki ku, wah, ternyata aku lupa untuk pakai sepatu. Ya, sudahlah kalau begitu, aku tetap langkahkan kakiku menuju suatu tempat tujuanku. Walaupun hanya sepasang sendal jepit butut usang yang menemaniku, namun sandal ini amat nyaman dipakai bagiku. Langkah demi langkah kupapaskan dengan bentangan jalan, ada yang berliku ke kanan dan kekiri, menanjak menyusuri turunan, oups, hindari jalan becek! Ish akhirnya selamat, kakiku bebas percikan kotoran kubangan air alias becekan. Sedikit lagi langkahku akan terhenti diujung jalan, sebuah toko kelontong yang sudah ada sejak aku masih balita. Yak, tepatnya toko ini merupakan toko lintas generasi sang pemilik dengan anak-anaknya. Tak kusangka juga ternyata sudah tiga generasi toko ini ada dan tetap eksis dengan segala varian dagangannya. Berbagai macam kebutuhan pokok alias sembako yang lengkap dijual disini. Tujuanku datang ke toko ini adalah untuk membeli perlengkapan mandi dan kebutuhan dapur ibuku untuk persediaan selama satu bulan. Kebayang dong, seberapa panjang catatan ku berisi daftar barang kebutuhan pesanan ibuk dan diriku sendiri. 


Toko ini namanya Toko “Ludes”. Entah kenapa, setiap saat aku mengunjungi toko ini aku selalu bertanya pada diriku sendiri sambil mengira-ngira kepanjangan dari nama Toko “Ludes”. Usut punya usut, konon, berdasarkan cerita orang kampung sini, terkait arti nama toko ludes itu tidak bermakna apa-apa. Hanya saja, si empunya toko pernah bilang kalau nama tokonya sengaja dinamakan toko ludes, sebagai harapan baginya kalau semua barang dagangannya itu bisa ludes habis terjual alias laris manis. Yang aku suka dari toko ini adalah pelayanannya, selain pelayan tokonya yang ramah, harga barang yang dijual pun tergolong murah dengan kisaran 15- 20% toko ini berani menjual barang dibawah harga pasar. Selain itu, terdapat pelayanan “ayo-antar” yang menjadi andalan toko ini, yaitu menyediakan jasa antar barang ke rumah setelah penjual membeli barang dagangan maksimal pembelian Rp. 200,000 termasuk beras dan barang-barang kiloan atau dengan bobot berat. Nah, setelah aku selesai berbelanja, kemudian aku melanjutkan perjalananku ke arah Barat yaitu menuju ke kedai pizza, Sudah sekian lama aku tidak menyantap pizza, aku suka sekali pizza dengan toping mozarella-nya. 


Nah, sesampainya aku di  Kedai Pizza “Mak Lezat”, segera aku memesan pizza dan minuman bobbaca caramel kesukaanku. Tak terasa 30 menit lebih aku habiskan waktuku di kedai pizza yang pemiliknya adalah teman ibuku. Namanya, Mak Loly, asli Tegal tetapi beliau piawai banget buat pizza ala-ala rasa pizza asli Italia. Entahlah darimana ia punya resep ajaib bin maknyos itu. Tapi yang jelas lelehan toping pizza-nya Mak Loly bikin saya ketagihan ingin beli lagi dan lagi. Mungkin ini yang disebut cerdas menjual tanpa seni marketing S3. Pembeli selalu dibikin ketagihan dengan resep ajib Mak Loly. Sambil melihat arah jam tanganku, aku segera bergegas untuk meneruskan perjalanan kecilku ke arah Selatan. Kaki ku menghantarkanku pada ....(bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah itu, saksi bisu hidupku

  " Rumah, tempat di bumi yang sangat diberkati". "Tempat yang lebih berharga dan lebih manis dari yang lainnya."  - Robert Montgomery Dua puluh sembilan tahun berlalu dengan rangkaian memori indah yang tidak dapat terlupakan di sebuah tempat berteduh yang membuatku telah banyak memaknai arti hidup. Suka dan duka telah aku lalui bersama dengan deraian air mata kesedihan dan kebahagiaan. Sungguh, apabila waktu dapat berulang kembali, aku akan menjeda berbagai momen yang membuatku semakin mengharu biru. Tempat itu, telah menyanderaku dengan kebahagiaan dan kedukaan, tempat itu telah membawaku pada sebuah kesejukan cinta dan kasih sayang. Tempat itu adalah tempat berteduh dari panas hujan tetapi tidak pernah terbatas untuk sekedar menenteramkan jiwa. Tempat itu adalah rumah, sebuah saksi bisu yang selalu hidup menyaksikan para jiwa huniannya beradu seteru atau hanya sekedar berbincang riang. Rumah itu merupakan lembaran sejarah hidupku. Betapa tidak, semua kenangan m

Blijf Vanavond Heel Even Bij Mij

                                                     Picture Sources: fransbauer.nl Malam ini begitu damai dan juga sejuk. Hujan telah mengguyur kota tempat aku tinggal hingga pukul 9 malam tadi. Nyaman rasanya malam ini sambil duduk dan menonton tv serta bersantai dengan anak dan suami. Tidak terasa  hari ini merupakan hari menyenangikan bagiku, karena aku telah berhasil melalui jam padat dan challenging karena harus berbagi peran sebagai seorang ibu dan juga seorang profesional.  Pada kesempatan kali ini aku hanya ingin menggoreskan tulisan ringan dengan bercerita tentang lagu kesukaan suamiku. Sebenarnya aku baru kali pertama mendengarkan lagu kesukaan suamiku ini, tetapi setelah aku dengarkan dengan santai, ternyata lagu ini enak juga. Lagu yang easy listening dan buat aku lagu ini, enak untuk diputar berulang-ulang. Awalnya kukira dari ritme irama lagunya seperti lagu seberang pulau tetapi nyatanya aku salah tebak. Jauh sekali muasal lagu ini. Lagu asal negeri kincir angin ini tel

Membaca asyik dan betah di Perpustakaan British Council Indonesia

 "Books were my pass to personal freedom"                                      - Oprah Winfrey - Membaca buku merupakan habit berkualitas yang dapat meningkatkan ketajaman berpikir seseorang. Semakin intensif seseorang membaca buku maka akan semakin kuat kemampuan analitisnya. Hal ini pasti akan mempengaruhi cara berpikir seseorang dalam melihat cara pandang tertentu.  Kegiatan membuka lembaran buku, meresapi makna tulisan didalamya telah membentuk sebuah kegemaran yang telah aku tekuni sejak usia dini. Almarhum ayahku juga penggemar buku, koran dan majalah. Setiap hari kami pasti membaca berita apa saja yang ada dalam media baca yang kami miliki. Tak luput juga, pada setiap weekend ayahku selalu mengajakku ke toko buku Gramedia atau toko buku Gunung Agung hanya sekedar melihat ada buku terbaru apa yang hadir disana atau membelinya. Kebiasaan membaca ini terus berlanjut hingga aku dewasa. Ketika aku ada dimasa kuliah, aku senang sekali berkunjung ke perpustakaan atau ke to