Langsung ke konten utama

Tips untuk emak- emak supaya tidak cepat ngegas.

Halo semua ibu dimana-pun berada, semoga ibu dalam keadaan baik dan sehat selalu. Belakangan ini saya membaca berita yang tersebar baik di sosial media maupun di media elektronik tentang kekerasan ibu terhadap anak dan juga ibu korban bullying atau body shaming. Ketika membaca beritanya, saya tidak kuasa menahan air mata. Begitu pilu, tetapi sadis dan tidak percaya, kenapa tindakan itu bisa terjadi?. Sebagai sesama ibu, saya pun turut empati dan prihatin atas kejadian yang dialami ibu tersebut. Entah bagaimana perasaannya. Saya sendiri pun tidak bisa membayangkannya. Saya berharap agar ibu itu diberikan kekuatan hati. Tidak ada yang dapat dilakukan, selain menerima kenyataan, kejadian itu sudah terjadi. Sang ibu yang seharusnya menjaga anaknya dengan cinta dan kasih sayang tetapi salah seorang anaknya harus menjadi korban kekerasan ibunya sendiri. 

 

Tindak kekerasan dalam keluarga terjadi disebabkan oleh banyak faktor, yaitu karena kondisi kesulitan ekonomi, konflik antar keluarga dalam hal ini orangtua atau bisa jadi berasal dari faktor kepribadian seseorang itu sendiri. Perlu dikaji dan diobservasi lebih lanjut tentang motif apa yang bisa mendasari seseorang bertindak kasar terlebih dengan darah dagingnya sendiri.

 

Tidak dapat dipungkiri, situasi saat ini dimasa pandemi telah berdampak besar pada setiap kehidupan keluarga. Ada yang terdampak karena pemutusan hubungan kerja (PHK), sulitnya mendapatkan pekerjaan, kebangkrutan bisnis dan sebagainya. Kondisi ini juga diperparah dengan kenaikan harga sembako dan kebutuhan dapur lainnya, yang nyatanya cukup dirasa menyesakkan ibu-ibu dimanapun berada. 

 

Apalagi, seorang ibu, yang setiap harinya harus menjalankan pekerjaan rumah tangga non-stop selama 24 jam, belum lagi ditambah pekerjaan melayani dan mengurus suami, anak dan tidak sampai disitu saja, bagi ibu bekerja hal ini terasa sangat berat apabila tidak diiringi dengan uluran bantuan dari orang terdekat, kelola emosi dan diri dengan baik serta support system yang kondusif dilingkungan keluarga. Maka dari itu terkadang tidak sedikit apabila kita menilik ke belakang atau samping kanan kiri kita, ada saja ulah emak-emak yang mudah naik pitam atau cepat ngegas. Nah, kenapa tindakan seperti ini bisa terjadi? Tentunya banyak faktor, kenapa emak-emak bisa cepat ngegas? Emak-emak dengan mudah tersulut emosi apalagi sedang lelah mungkin, atau sedang memiliki masalah pribadi dengan suaminya atau anggota keluarganya sendiri atau juga si emak tidak memiliki teman atau tempat untuk berbagi, bercurah perasaan karena ia tidak tahu cara yang tepat bagaimana mengelola emosi atau healing dengan permasalahan yang sedang ia hadapi. Ya, memang tidak mudah, karena setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

 

Namun, dalam hal ini apabila kita berkaca pada setiap kasus yang kerap terjadi saat ini, seperti yang dilansir oleh salah satu media Suara.com - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasa Putra mengungkapkan selama pandemi Covid-19, 70 persen kekerasan terhadap anak dilakukan oleh Ibu. Hal itu, dikemukakannya karena beban ganda yang harus dijalani para orang tua.

 

“Survei dari 14.000 orang tua yang kami tanya, 70 persen kekerasan (terhadap anak) dilakukan para ibu. Jadi mungkin dampak pandemi. Peran Ibu menjadi ganda, apalagi ibu yang seorang guru. Dia harus mengajar anaknya dan mengajar kelas, ini tidak mudah,” kata Jasa lewat video diskusi daring, Sabtu (5/6/2021). Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, kekerasan pada anak hadir dalam berbagai macam bentuk, mulai dari kekerasan fisik hingga eksploitasi. UNICEF menjelaskan bahwa kekerasan anak pada dasarnya bisa dibedakan menjadi lima jenis, yakni fisik, seksual, emosional, pengabaian, dan eksploitasi. Kekerasan fisik meliputi tindakan menampar, memukul, meninju, membakar, menyakiti, dan memberikan hukuman fisik. Selain itu, kekerasan yang dilakukan pasangan intim, kekerasan dalam berkencan, kekerasan berbasis gender, serta tindakan yang membahayakan bahkan menyebabkan kematian anak juga termasuk da;ama kategori kekerasan fisik.

 

 

Untuk itu, dibutuhkan perangkat sosial yang saling terintegrasi dalam hal ini adalah dengan adanya dukungan lingkungan terdekat yaitu keluarga, suami dan tentunya kepribadian seorang ibu itu sendiri. Bagaimanapun juga, penolong dan motivator terbaik itu adalah diri sendiri sehingga kiranya ibu dapat berusaha membantu diri ibu sendiri dengan lebih melembutkan hati melalui agama dan siraman rohani yang membuat hati kita lebih menjadi tenteram dan damai. Apabila dilihat dari kasus yang telah terjadi, memang berat untuk flash back dengan mengembalikan emosi normal dan sehat secara mental. Namun, kiranya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, maka kita pun sebagai seorang ibu kiranya dapat belajar berbenah diri menjadi ibu yang lebih baik lagi agar keluarga kita bahagia.

 

 

Apabila ibu sudah mencapai titik jenuh dengan rutinitas bisa diarahkan dengan kegiatan lain yang membuat kita lebih terhibur atau lebih bisa terlupakan sejenak. Atau bisa juga dengan mengikuti komunitas ibu-ibu yang bersifat membangun atau lebih bermanfaat untuk meningkatkan skills atau kompetensi serta menyalurkan hobi dan berjejaring dengan sesama ibu lainnya. Dengan demikian, waktu yang terbuang untuk merenung dan bengong itu tidak akan lagi terjadi. Tapi, ada lho yang juga bilang, “mana bisa saya kayak gitu, lah wong di rumah saja sudah sumpek dengan anak yang banyak, rewel dan sebagainya”. Hey, moms, please jangan reasoning, banyak jalan menuju Roma, kalau kita mau berdayakan diri kita menjadi lebih baik. Kita tidak bisa membandingkan keadaan kita dengan keadaan orang lain, tetapi yang kita butuhkan adalah solusi.

 

 

Apabila kita stuck, berkutat pada satu titik yang tidak membawa kita kemana-mana atau progress, lalu bagaimana kita bisa menolong diri kita?. Lalu, ok lah ibu beralasan seperti itu, namun lagi-lagi lalu apakah solusi terbaiknya dari ibu sendiri? Kalau ibu belum bisa bersolusi baik mungkin ada baiknya ibu bisa saling minta bantuan dengan cara seperti itu tadi, membuka diri, membuat sebuah karya dari diri sendiri sehingga ibu bisa lebih diapresiasi. Terkadang, ya curcolan emak-emak kebanyakan karena sebagian besar pekerjaannya mengurusi domestik rumah tangga sehingga kian merasa tidak dihargai oleh lingkungan terdekatnya sendiri, terebih dengan suami.

 

 

 

Padahal kalau kita pakai jurus ilmu ikhlas yah lakukan dengan ikhlas dan yakin bahwa setiap tetesan lelah ibu pasti akan tercatat sebagai pahal besar oleh Allah SWT, pasti kita tidak akan mengeluh, tidak saling membalas ejekan suami tetapi balas dengan sebuah karya yang kita hasilkan sehingga kita diapresiasi oleh banyak orang dan pada akhirnya akan membuat keluarga dan suami bangga pada kita. Saya pikir itulah pelajaran terbaik untuk kita semua sebagai seorang ibu, saya pun masih terus belajar memperbaiki diri sebagi ibu yang baik untuk anak saya dan istri untuk suami saya.

 

 

Disela-sela kegiatan saya yang begitu padat mengurusi keluarga dengan tangan sendiri, tetapi saya masih bisa melanjutkan kuliah lagi bahkan berencana lanjut sampai dengan S3, aktif di berbagai komunitas dan organisasi juga sebagai konsultan dari firm yang saya dirikan sendiri dan juga aktif memberikan seminar online untuk publik dan mengajar online di perguruan tinggi swasta di Jakarta. Semoga Allah SWT memberikan saya kekuatan dan kesehatan agar terus menjadi ibu terbaik untuk keluarga saya.  Saya tidak menuntut ibu menjadi seperti saya namun, alangkah bijak dan baik apabila ibu bisa  menolong diri ibu sendiri dengan berbagai cara dengan inspirasi banyak orang bisa melalui karya atau apa saja yang membuat ibu suka dan senang daripada mengeluhkan hal-hal rumah tangga yang kian tidak kunjung usai. Saay sangat support ibu-ibu diluar sana tetap kuat dan ikhlas menjalankan perannya. Saya berharap setiap ibu tetap tidak berhenti belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi, serta dapat bermanfaat untuk keluarga dan orang banyak.

 

Semoga Allah SWT bersama dengan ibu-ibu kuat dan hebat diluar sana!

Salam cinta dan kasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Kebaikan

 Manusia dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci. Allah nan Maha Baik memberikan segenap kasih dan sayangnya agar membentuk manusia menjadi makhluk penyayang. Namun, seiring dengan kehidupan yang begitu kompleks, manusia berubah menyesuaikan tempat dimana ia hidup. Disitulah manusia diuji dengan segala sifatnya. Akankah menjadi baik atau jahat. Sejatinya hati manusia itu putih karena Allah berada dalam setiap kalbu manusia. Sehingga kebaikan itu tetap ada dalam diri setiap manusia. Kebaikan yang berasal dari kata baik melahirkan makna, setiap tindakan pasti akan berakhir baik. Selain itu, kebaikan dapat dimaknakan sebagai perilaku yang membawa dampak positif bagi orang lain, entah mereka yang ada di sekeliling kita atau masyarakat luas.  Berbuat baik pada diri sendiri juga merupakan kewajiban kita sebagai umat manusia. Pada dasarnya perbuatan baik merupakan suatu bentuk kasih sayang serta kepedulian kepada sesama dan lingkungan. Jika hal tersebut dilakukan secara berkala, mak...

Tips manajemen waktu Ibu WFH

  Hi mama, Ketemu lagi dengan bahasan saya tentang, bagaimana Ibu bekerja atau ibu hebat diluar sana dapat mengeloa dan memanfaatkan waktu dengan baik.  Terdengar mudah ya, mam rupa-rupanya apabila kita bilang, "mengelola waktu dengan BAIK". Nah, yang seperti apa sih, dikatakan BAIK itu? Wah, pasti panjang nih jawabannya. (Tertawa sejenak). Ya, mam, tentunya setiap orang dalam mengelola waktu pasti berbeda-beda. Mereka pasti memiliki cara khusus yang dapat dilakukan agar kegiatan mereka berjalan dengan baik sesuai rencana dan target.  Ini dia ya, mam point-nya ketika kita bicara tentang mengelola waktu, terdapat berbagai cara bagaimana mencapainya. Apalagi seperti saat dimana covid-19 masih menjadi primadona dunia. Artinya, dimasa pandemi ini menjadi tantangan untuk mama-mama hebat diluar sana dalam mengelola waktu untuk keluarganya. Kita tidak dapat lari dari kenyataan ya mam, apabila dalam kondisi seperti saat ini banyak hambatan yang terjadi ketika ingin mencapai targe...

Is it necessary to increase the BPJS premium?

In response to this issues, in my opinion, the answer can be yes or no. And all of this was done with great care. I will start with BPJS itself and its functions. BPJS is a functioning Social Security Administering Body. What does BPJS stand for and explain its function? Function: BPJS Health functions to organize a health insurance program. It is explained in Law Number 40 of 2004 concerning the National Social Security System that health insurance is administered nationally based on the principle of social insurance and the principle of equity, with the aim of ensuring that participants receive health care benefits and protection in meeting basic health needs. BPJS Health on January 1, 2014, as a transformation from PT Askes (Persero).  This started in 2004 when the government issued Law Number 40 of 2004 concerning the National Social Security System (SJSN) and then in 2011 the government enacted Law Number 24 of 2011 concerning the Social Security Administering Body (BPJS) and...