Langsung ke konten utama

BREAKING BIAS TO BUILD A MORE GENDER EQUALITY IN FACING THE ISSUE OF CLIMATE CHANGE IN INDONESIA

 I.       Introduction

a.             Research Problem or Policy Gap

The participation of Indonesian women in development can be categorized as still low compared to men. Based on data obtained from the Global Gender Gap Report 2021[1], the gender inequality score in Indonesia reaches 0.688 points. This fact can explain that Indonesian women are still lagging behind in various aspects of development. In fact, women are the party with the most needs, problems and solutions to the problems they face. Therefore, the involvement of women in formulating and making decisions is very important, especially regarding the issue of climate change which is now often in the world's spotlight.

1.     Research Problem
                 Climate change has had a broad and significant impact on the dimensions of human life, without exception for women in the world, especially Indonesian women. There is still very little attention from the government and the world regarding the issue of climate change which can affect the existence of women in gender equality. In this regard, although climate change has become a major issue in Indonesia's human development, in-depth discussions on how to overcome various problems and their solutions have not been facilitated properly and with social justice. In addition, there is also less integration or collaboration, meaning that there is a lack of integration between the parties concerned with one another in overcoming this pattern of problems. So, it can be said that their integration has not developed well as a responsible entity.
2.          Policy Gap
There is no climate change policy that has been formulated/formulated that can have a positive impact on women (gender equality). In fact, if we look back at the data and see that Indonesia's gender equality index ranks 76th out of 144 countries in 2020. Meanwhile, in the same period, at the regional level, Indonesia is in position 15th out of 26 countries in Asia and the Pacific.[2] In fact, it is very important when this nation is more advanced and socially just, the concept of human development that pays attention to and involves the gender equality index as an indicator in the success of Indonesia's human development. In this regard, the main principle of human development according to (UNDP, 2015)[3] is to ensure that humans, both men and women, have many choices in their lives, are aware of their potential, and are free to live life with dignity and worth. Women and men are equally important to be taken into account so that they can play a role, be involved and contribute to achieving full human development.


 

.

 .............to be continued..............................

 

[1] https://www.weforum.org/reports/global-gender-gap-report-2021/

[2]  https://infoanggaran.com/detail/sdgs-gender-equality-urutan-115-indonesia-butuh-pendekatan-budgeting

[3] https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/50a46-pembangunan-manusia-berbasis-gender-2020.pdf

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah itu, saksi bisu hidupku

  " Rumah, tempat di bumi yang sangat diberkati". "Tempat yang lebih berharga dan lebih manis dari yang lainnya."  - Robert Montgomery Dua puluh sembilan tahun berlalu dengan rangkaian memori indah yang tidak dapat terlupakan di sebuah tempat berteduh yang membuatku telah banyak memaknai arti hidup. Suka dan duka telah aku lalui bersama dengan deraian air mata kesedihan dan kebahagiaan. Sungguh, apabila waktu dapat berulang kembali, aku akan menjeda berbagai momen yang membuatku semakin mengharu biru. Tempat itu, telah menyanderaku dengan kebahagiaan dan kedukaan, tempat itu telah membawaku pada sebuah kesejukan cinta dan kasih sayang. Tempat itu adalah tempat berteduh dari panas hujan tetapi tidak pernah terbatas untuk sekedar menenteramkan jiwa. Tempat itu adalah rumah, sebuah saksi bisu yang selalu hidup menyaksikan para jiwa huniannya beradu seteru atau hanya sekedar berbincang riang. Rumah itu merupakan lembaran sejarah hidupku. Betapa tidak, semua kenangan m

Blijf Vanavond Heel Even Bij Mij

                                                     Picture Sources: fransbauer.nl Malam ini begitu damai dan juga sejuk. Hujan telah mengguyur kota tempat aku tinggal hingga pukul 9 malam tadi. Nyaman rasanya malam ini sambil duduk dan menonton tv serta bersantai dengan anak dan suami. Tidak terasa  hari ini merupakan hari menyenangikan bagiku, karena aku telah berhasil melalui jam padat dan challenging karena harus berbagi peran sebagai seorang ibu dan juga seorang profesional.  Pada kesempatan kali ini aku hanya ingin menggoreskan tulisan ringan dengan bercerita tentang lagu kesukaan suamiku. Sebenarnya aku baru kali pertama mendengarkan lagu kesukaan suamiku ini, tetapi setelah aku dengarkan dengan santai, ternyata lagu ini enak juga. Lagu yang easy listening dan buat aku lagu ini, enak untuk diputar berulang-ulang. Awalnya kukira dari ritme irama lagunya seperti lagu seberang pulau tetapi nyatanya aku salah tebak. Jauh sekali muasal lagu ini. Lagu asal negeri kincir angin ini tel

Membaca asyik dan betah di Perpustakaan British Council Indonesia

 "Books were my pass to personal freedom"                                      - Oprah Winfrey - Membaca buku merupakan habit berkualitas yang dapat meningkatkan ketajaman berpikir seseorang. Semakin intensif seseorang membaca buku maka akan semakin kuat kemampuan analitisnya. Hal ini pasti akan mempengaruhi cara berpikir seseorang dalam melihat cara pandang tertentu.  Kegiatan membuka lembaran buku, meresapi makna tulisan didalamya telah membentuk sebuah kegemaran yang telah aku tekuni sejak usia dini. Almarhum ayahku juga penggemar buku, koran dan majalah. Setiap hari kami pasti membaca berita apa saja yang ada dalam media baca yang kami miliki. Tak luput juga, pada setiap weekend ayahku selalu mengajakku ke toko buku Gramedia atau toko buku Gunung Agung hanya sekedar melihat ada buku terbaru apa yang hadir disana atau membelinya. Kebiasaan membaca ini terus berlanjut hingga aku dewasa. Ketika aku ada dimasa kuliah, aku senang sekali berkunjung ke perpustakaan atau ke to